Bismillah..
Kita berlari-lari ke hadapan saat orang lain celaru mencari arah untuk di tuju. Kita berdiri di hadapan semua orang sambil berteriakan meminta diberi sedikit perhatian. Ada yang memandang dengan tekun, ada pula sekadar memalingkan muka sesaat kemudian kembali berkeliaran, dan tidak kurang pula yang langsung tidak menoleh ke arah kita yang bersungguh-sungguh ingin menyampaikan sesuatu kepada mereka.
Beginilah resam kehidupan hari ini. Tidak semua orang mampu memberikan perhatian kepada orang lain saat mereka berkata-kata. Tidak mahu meminjam masa walau sebentar cuma untuk meneliti dan menghadam sebaiknya atas butir bicara si penyampai. Masing-masing terus dengan kehendak diri masing-masing tanpa mempedulikan orang lain. Selagi diri merasa punya hak, maka hak itu dipertahankan bagai tidak mahu lepas.
Benar, semua orang punya hak ke atas diri mereka sendiri. Mereka berhak menentukan apa yang terbaik buat diri sendiri. Mereka berhak memperlakukan diri mereka seperti yang mereka mahu. Tapi perlu ingat, apabila melibatkan orang lain, hak itu menjadi hak umum. Perasaan bukan lagi milik diri sendiri tetapi milik umum.
Mengapalah manusia itu mudah sekali mengikut perasaan diri sendiri tanpa mempedulikan perasaan orang lain asalkan mereka mencapai tujuan yang ingin dicapai? Mengapa kita bersikap begitu mementingkan diri sendiri sehingga sanggup melukai hati orang lain? Mengapa kita selalu mengagungkan diri kita sehingga sanggup merendahkan orang lain?
Tak mampukah kita mengambil cuma beberapa minit untuk memuhasabah diri ini, menilai kembali status kita sebagai seorang 'hamba'? Tak mampukah kita mengorbankan sedikit kepentingan diri sendiri untuk cuba memahami perasaan orang lain? Tak mampukah kita menurunkan keegoan sendiri untuk memberi peluang kepada orang lain?
Tak mampukah kita menyelamatkan mereka yang dalam kelemasan dengan menyambut tangan mereka? Tak mampukah kita memapah mereka saat mereka tidak berdaya dengan pautan kasih sayang? Mengapa harus dengan kekerasan jika kita mampu melontarkan sebuah kelembutan?
Biarlah ilmu kita setinggi langit membiru namun rendahkanlah hati kita serendah bumi yang menghijau. Semua yang kita miliki adalah kurniaan daripada-Nya. Semua yang terjadi adalah dengan izin-Nya. Kita ini hanya peminjam kepada Pemiutang Yang Maha Agung. Kita hanya diamanahkan untuk memeliharanya bukan untuk diagung-agungkan apatah lagi untuk merendah-rendahkan orang lain.
Sambutlah tangan mereka yang dalam kecelaruan mencari arah dan dakaplah mereka dengan penuh erat agar mereka merasa selamat. Pujuklah mereka dengan damai kesejahteraan, memberi makna baru kepada sebuah kehidupan. Mengalirnya sebuah kasih sayang dan kepercayaan, lalu terbina sebuah ukhwah dalam usaha mencari keberkatan dan keredhaan-Nya. Lemparkan sejauh-jauhnya segala persengketaan, binakan kembali sebuah persahabatan.
Dari Abu Musa Al-Asyiari, Rasulullah saw bersabda:
"Perumpamaan orang mukmin dalam cinta mencintai, kasih mengasihi, dan sayang menyayangi adalah laksana satu tubuh. Jika salah satu anggotanya sakit, maka seluruh tubuhnya akan merasakan sakit demam." (Muttafaqun Alalih)
Bumi ini semakin tua, usia kita semakin dewasa. Tiba masa dan ketika, sampai seruan kita 'pergi' jua. Biarlah pemergian kita meninggalkan kebaikan buat penghuni bumi, bukan celaka yang kita bajai. Perginya kita disambut bumi, dirai mereka penduduk langit dan bumi.
Allahu'alam..
Kita berlari-lari ke hadapan saat orang lain celaru mencari arah untuk di tuju. Kita berdiri di hadapan semua orang sambil berteriakan meminta diberi sedikit perhatian. Ada yang memandang dengan tekun, ada pula sekadar memalingkan muka sesaat kemudian kembali berkeliaran, dan tidak kurang pula yang langsung tidak menoleh ke arah kita yang bersungguh-sungguh ingin menyampaikan sesuatu kepada mereka.
Beginilah resam kehidupan hari ini. Tidak semua orang mampu memberikan perhatian kepada orang lain saat mereka berkata-kata. Tidak mahu meminjam masa walau sebentar cuma untuk meneliti dan menghadam sebaiknya atas butir bicara si penyampai. Masing-masing terus dengan kehendak diri masing-masing tanpa mempedulikan orang lain. Selagi diri merasa punya hak, maka hak itu dipertahankan bagai tidak mahu lepas.
Benar, semua orang punya hak ke atas diri mereka sendiri. Mereka berhak menentukan apa yang terbaik buat diri sendiri. Mereka berhak memperlakukan diri mereka seperti yang mereka mahu. Tapi perlu ingat, apabila melibatkan orang lain, hak itu menjadi hak umum. Perasaan bukan lagi milik diri sendiri tetapi milik umum.
Mengapalah manusia itu mudah sekali mengikut perasaan diri sendiri tanpa mempedulikan perasaan orang lain asalkan mereka mencapai tujuan yang ingin dicapai? Mengapa kita bersikap begitu mementingkan diri sendiri sehingga sanggup melukai hati orang lain? Mengapa kita selalu mengagungkan diri kita sehingga sanggup merendahkan orang lain?
Tak mampukah kita mengambil cuma beberapa minit untuk memuhasabah diri ini, menilai kembali status kita sebagai seorang 'hamba'? Tak mampukah kita mengorbankan sedikit kepentingan diri sendiri untuk cuba memahami perasaan orang lain? Tak mampukah kita menurunkan keegoan sendiri untuk memberi peluang kepada orang lain?
Tak mampukah kita menyelamatkan mereka yang dalam kelemasan dengan menyambut tangan mereka? Tak mampukah kita memapah mereka saat mereka tidak berdaya dengan pautan kasih sayang? Mengapa harus dengan kekerasan jika kita mampu melontarkan sebuah kelembutan?
Biarlah ilmu kita setinggi langit membiru namun rendahkanlah hati kita serendah bumi yang menghijau. Semua yang kita miliki adalah kurniaan daripada-Nya. Semua yang terjadi adalah dengan izin-Nya. Kita ini hanya peminjam kepada Pemiutang Yang Maha Agung. Kita hanya diamanahkan untuk memeliharanya bukan untuk diagung-agungkan apatah lagi untuk merendah-rendahkan orang lain.
Sambutlah tangan mereka yang dalam kecelaruan mencari arah dan dakaplah mereka dengan penuh erat agar mereka merasa selamat. Pujuklah mereka dengan damai kesejahteraan, memberi makna baru kepada sebuah kehidupan. Mengalirnya sebuah kasih sayang dan kepercayaan, lalu terbina sebuah ukhwah dalam usaha mencari keberkatan dan keredhaan-Nya. Lemparkan sejauh-jauhnya segala persengketaan, binakan kembali sebuah persahabatan.
Dari Abu Musa Al-Asyiari, Rasulullah saw bersabda:
"Perumpamaan orang mukmin dalam cinta mencintai, kasih mengasihi, dan sayang menyayangi adalah laksana satu tubuh. Jika salah satu anggotanya sakit, maka seluruh tubuhnya akan merasakan sakit demam." (Muttafaqun Alalih)
Bumi ini semakin tua, usia kita semakin dewasa. Tiba masa dan ketika, sampai seruan kita 'pergi' jua. Biarlah pemergian kita meninggalkan kebaikan buat penghuni bumi, bukan celaka yang kita bajai. Perginya kita disambut bumi, dirai mereka penduduk langit dan bumi.
Allahu'alam..
0 kritikan:
Post a Comment